AKAD SALAM: Pengertian, Rukun, Syarat, Jenis, Landasan Syariah, Ketentuan Syariah, Skema, Jurnal.

Assalamu'alaikum gaes..
Di kesempatan kali ini saya akan menjelaskan materi mengenai "Akad Salam"
Buat teman-teman sekalian mari kita bahas bersama yaa






Pengertian Akad Salam



Akad Salam/Jual Beli Salam adalah jual beli yang penerimaan barangnya ditangguhkan dengan pembayaran harga tunai. Penjualan yang karakteristik tanggungannya (barang) telah terdiskripsikan diawal dengan harga atau modal kerja dibayarkan didepan. Dengan kata lain, untuk membayarkan harga didepan dan pengiriman barang terspesifikasi untuk masa yang akan datang yang telah ditentukan.


  • Dua ulama mazhab yaitu Syafi’I dan Hambali mendefinisikan akad salam adalah sebagai sebuah akad tehadap barang yang teridentifikasi spesifikasinya yang akan dikirimkan pada waktu tertentu dengan penyerahan harga (uang) ketika dalam sesi kontrak (majelis akad).
  • Adapun Maliki mendefinisikan salam adalah sebuah transaksi jual-beli yang dilakukan dengan memberikan harga (uang) dimuka dan pengiriman/penyerahan barang pada waktu tertentu di masa yang akan datang.


Ada beberapa terms dalam akad salam yang perlu kamu ketahui:
  • Pembeli (forward buyer) : Rabb As-Salam atau Al-Muslim
  • Penjual (forward seller) : Al-Muslam ‘Alaih
  • Barang/komoditas: Al-Muslam Fiih
  • Harga/modal kerja: Ra’sul Maal

Rukun Akad Salam

Pelaksanaan ba’i as-salam harus memenuhi jumlah rukun berikut ini:
  1. Muslam (pembeli)
  2. Muslam ilaih ( penjual)
  3. Modal atau uang
  4.  Muslam fiihi(barang)
  5.  Shigat (ucapan).

Syarat Akad Salam
Disamping segenap rukun harus terpenuhi, ba’i as-salam juga mengharuskan tercukupinya segenap syarat-syarat pada masing-masing  rukun. Dibawah ini akan diuraikan dua diantara syarat-syarat terpenting, yaitu modal dan barang.
a.        Modal transaksi ba’i as-salam
1.    Modal harus diketahui
Barang yang akan di suplai harus diketahui jenis, kualitas dan jumlahnya.
2.     Penerimaan pembayaran salam
Kebanyakan ulama mengharuskan pembayaran salam dilakukan di tempat kontrak.
b.         Al-Muslam Fiihi (Barang)
Diantara syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam al-muslam fiihi sebagai berikut:
1.  Harus spesifik dan dapat diakui sebagai utang
2. Harus bisa diidentifikasikan secara jelas untuk mengurangi kesalahan akibat kurangnya pengetahuan tentang macam barang tersebut.
3.  Penyerahan barang dilakukan di kemudian hari
4. Kebanyakan ulama masyarakat penyerahan barang harus ditunda suatu waktu kemudian, tetapi mazhab syafi’i membolehkan penyerahan segera.
5.  Bolehnya menentukan tanggal waktu di masa yang akan datang untuk penyerahan  barang. 
6. Tempat penyerahan. Pihak-pihak yang berkontrak harus menunjuk tempat yang disepakati dimana barang harus diserahkan.

Jenis Akad Salam
Ada dua jenis dari akad salam :
1.      Salam
Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
2.      Salam paralel
Salam paralel artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesanan pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya (melaksanakan transaksi Bai’ As-Salam antara bank dan nasabah dan antara bank dan suplier atau pihak ketiga lainnya secara simultan). Hal ini terjadi ketika penjual tidak memilikibarang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut.
            Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad yang pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antar pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan. Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam paralel, terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus, karena dapat menjurus kepada riba.


Landasan Syariah



Landasan syari’ah transaksi ba’i as-salam terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

a.      Al-Qur’an

يَأَ يُّهَا الَّذِ يْن اَمَنُوْا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ اِلَى اَجَلٍ مُّسَمَّى فَاكْتُبُوْهُ...........

“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu  bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...(QS. Al-Baqarah:282).
Dalam kaitan ayat tersebut, Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayar tersebut dengan transaksi ba’i as-salam. Hali ini tampak jelas dari ungkapan beliau, “Saya bersaksi bahwa salaf (salam) yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalakan oleh Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya.”Ia lalu membaca ayat tersebut diatas.
b.      Al-Hadits
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rassulullaah ssaw. Datang ke madinah dimana penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata:
مَنْ اَسْلَفَ فِيْ شَيْئٍ فَفِيْ كَيْلٍ مَعْلُوْمٍ وَوَزْنٍ مَعْلُوْمٍ اِلَى اَجَلٍ مَعْلُوْمٍ
“Barang ssiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”

KETENTUAN SYARIAH
1. Pelaku
·  Ada lenjual dan pembeli
·  Cakap hukum (Berakal dan dapat membedakan),
2. Obyek akad
Modal salam:
·  Modal harus diketahui jenis dan jumlahnya berbentuk uang tunai.
·  Para ulama berbeda pendapat masalah bolehnya pembayaran dalam bentuk aset perdagangan. Beberapa ulama me-nganggapnya boleh.
·  Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau merupakan pelunasan utang. Hal ini adalah untuk mencegah praktek riba melalui mekanisme salam.
Barang Salam:
·  Barang tersebut harus dapat dibedakan/ diidentifikasi mempunyai spesifikasi dan karakteristik yang jelas seperti kualitas, jenis, ukuran dan lain sebagainya sehingga tidak ada gharar.
·  Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi/ ditakar/ditimbang.
·  Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu boleh juga dalam kurun waktu tertentu. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah gharar atau ketidakpastiahan yaitu harus ada pada waktu yang ditentukan.
·  Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang ditentukan.
·  Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan, akad menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai dengan barang yang dipesan tersedia atau membatalkan akad sehingga penjual harus me-ngembalikan dana yang telah barang yaditerima.
·  Apabila yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau menolak. Kalau pilihannya menolak maka si penjual memiliki utang yang dapat diselesaikan dengan pengembalian dana atau menyerahkan produk yang sesuai dengan akad.
·  Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.
·  Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh memilih menolaknya atau menerima. Apabila pembeli menerima maka pembeli tidak boleh meminta kembali sebagian uangnya atau (diskon).
·  Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui oleh kedua pihak dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan tidak boleh menuntut penambahan harga.
·  Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum barang tersebut diterima tidak dibolehkan secara syari’ah.
·  Penggantian barang yang dipesan dengan barang lain. Para ulama melarang penggantian barang yang dipesan dengan barang lainnya. Bila barang tersebut diganti dengan barang yang memiliki spesifikasi dan kualitas yang sama, meskipun sumbernya berbeda, para ulama membolehkannya.
·  Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah. Namun sebaiknya dijelaskan dalam akad, apabila tidak disebutkan maka harus dikirim ke tempat yang menjadi kebiasaan.




Skema Dasar Akad Salam


Penjelasan pada skema di atas 

secara sederhana adalah adanya dua pihak yang akan bertransaksi yaitu penjual dan pembeli. Sebut saja penjual sebagai A dan pembeli sebagai B. Si B akan membeli produk berupa traktor. Karena traktor tersebut tidak bisa disediakan secara langsung saat itu maka si B melakukan akad salam kepada si A. Si B menjelaskan secara spesifik traktor yang ia inginkan. Setelah sepakat, traktor tersebut dibuat dan pada waktu yang telah ditentukan untuk diselesaikan maka traktor tersebut dikirimkan kepada si A.

Jurnal Standar
Jurnal-jurnal standar berikut mengilustrasikan transaksi salam antara pembeli dan penjual. Contoh berikut mengasumsikan Bank Syariah yang berperan sebagai penjual dan pembeli pada saat menerima pesanan barang dari nasabah (pembeli akhir). Oleh karena itu, bank akan melakukan pemesanan kepada pihak lain (salam paralel) jika tidak memiliki produk yang dipesan oleh nasabah.
  • Akuntansi Pembeli: Bank sebagai pembeli (Balam Biasa)
  1. Pada saat Bank/ LKS membeli modal kas
    (Dr) Piutang salam                                                                  xx
    (Cr) Kas                                                                                     xx
  2. Pada saat Bank/ LKS memberikan modal nonkas
    (Dr) Piutang salam (nilai wajar yang disepakati)                    xx
    (Cr) Aktiva non-kas (nilai wajar yang disepakati)                     xx
  3. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa uang dari penjual
    (Dr) Kas                                                                                  xx
    (Cr) Hutang jaminan                                                                  xx
  4. Pada Saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa barang dari penjual
    (Dr) Aktiva jaminan                                                                xx
    (Cr) Hutang jaminan                                                                  xx
  5. Pada saat Bank/ LKS menerima barang dari penjual
    a.       Sesuai akad
    (Dr) Persediaan (barang pesanan)                                     xx
    (Cr) Piutang salam                                                               xx
    b.      Berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad dari persediaan (barang pesanan)
    (Dr) Persediaan (barang pesanan)                                     xx
    (Dr) Kerugian salam                                                         xx
    (Cr) Piutang salam                                                               xx
  6. Bank/ LKS tidak menerima sebagian barang pesanan sampai dengan tanggal jatuh tempo
    (Dr) Persediaan (barang pesanan)                                           xx
    (Cr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima)                   xx
  7. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan
    (Dr) Piutang kepada penjual                                                   xx
    (Cr) Piutang salam                                                                     xx
  8. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan tetapi penjual telah memberikan jaminan
    a.       Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di bawah nilai akad
    (Dr) Kas                                                                            xx
    (Dr) Kerugian penjualan aktiva jaminan                           xx
    (Cr) Aktiva jaminan                                                             xx
    b.      Kompensasi kerugian
    (Dr) Piutang salam                                                            xx
    (Cr) Kerugian penjualan jaminan                                         xx
    c.       Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di atas nilai akad
    (Dr) Kas                                                                            xx
    (Cr) Aktiva jaminan                                                             xx
    (Cr) Keuntungan penjualan jaminan                                    xx
    d.      Kompensasi keuntungan
    (Dr) Keuntungan penjualan jaminan                                 xx
    (Cr) Hutang jaminan                                                            xx
    e.       Pengalihan hak milik jaminan (jaminan < piutang)
    (Dr) Piutang produsen                                                      xx
    (Dr) Hutang jaminan                                                         xx
    (Cr) Piutang salam                                                               xx
    f.       Pengalihan hak milik jaminan (jaminan > piutang)
    (Dr) Hutang jaminan                                                         xx
    (Cr) Hutang produsen                                                          xx
    (Cr) Piutang salam                                                               xx
  9. Pengenaan denda kepada penjual mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja
    (Dr) Kas                                                                                  xx
    (Cr) Rekening Dana Kebajikan                                                  xx

  • Akuntansi Penjual: Bank Sebagai Penjula (Salam Biasa) 
  1. Pada saat Bank/ LKS menerima modal dari pembeli
    (Dr) Kas/ aktiva non-kas                                                         xx
    (sebesar nilai wajar yang telah disepakati)
    (Cr) Hutang salam                                                                     xx
    (sebesar nilai wajar yang telah disepakati)
  2. Pada saat bank/ LKS menyerahkan barang kepada pembeli
    (Dr) Hutang salam                                                                  xx
    (Cr) Persediaan (barang pesanan)                                              xx
    (Cr) Pendapatan bersih salam                                                    xx
  3. Bank/ LKS hanya mengirimkan sebagian barang pesanan
    (Dr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima)                xx
    (Cr) Persediaan (barang pesanan)                                              xx
  4. Pembeli membatalkan barang pesanan pesanan
    (Dr) Hutang salam                                                                  xx
    (Cr) Hutang kepada pembeli                                                      xx
  5. Pengenaan denda kepada pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja
    (Dr) Kas                                                                                  xx
    (Cr) Rekening Dana Kebajikan                                                  xx



  • Akuntansi Salam Pararel: Banak Sebagai Pembeli/Penjual  
  1. Pada saat Bank/ LKS menerima modal dari pembeli
    (Dr) Kas/ aktiva non-kas                                                         xx
    (sebesar nilai wajar yang telah disepakati)
    (Cr) Hutang salam                                                                     xx
    (sebesar nilai wajar yang telah disepakati)
  2.  Pada saat Bank/ LKS memberikan modal kas kepada produsen
    (Dr) Piutang salam (produsen)                                               xx
    (Cr) Kas                                                                                     xx
  3. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa uang dari produsen
    (Dr) Kas                                                                                  xx
    (Cr) Hutang uang jaminan                                                         xx
  4. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa barang dari penjual
    (Dr) Aktiva jaminan                                                                xx
    (Cr) Hutang jaminan                                                                  xx
  5. Pada saat Bank/ LKS menerima barang dari produsen
    a.   Sesuai akad
    (Dr) Persediaan (barang pesanan)                                     xx
    (Cr) Piutang salam (produsen)                                             xx
    b.      Berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad dari persediaan (barang pesanan)
    (Dr) Persediaan (barang pesanan)                                     xx
    (Dr) Kerugian salam (produsen)                                       xx
    (Cr) Piutang salam (produsen)                                             xx
  6. Bank/ LKS tidak menerima sebagian barang pesanan sampai dengan tanggal jatuh tempo
    (Dr) Persediaan (barang pesanan)                                           xx
    (Cr) Piutang salam                                                                     xx
    (sebesar jumlah yang diterima dari produsen)
  7. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan
    (Dr) Piutang kepada penjual                                                   xx
    (Cr) Piutang salam produsen                                                     xx
  8.  Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan tetapi produsen telah memberikan jaminan
    a.       Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di bawah nilai akad
    (Dr) Kas                                                                            xx
    (Dr) Kerugian penjualan aktiva jaminan                           xx
    (Cr) Aktiva jaminan                                                             xx
    b.      Kompensasi kerugian
    (Dr) Piutang salam                                                            xx
    (Cr) Kerugian penjualan jaminan                                         xx
    c.       Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di atas nilai akad
    (Dr) Kas                                                                            xx
    (Cr) Aktiva jaminan                                                             xx
    (Cr) Keuntungan penjualan jaminan                                    xx
    d.      Kompensasi keuntungan
    (Dr) Keuntungan penjualan jaminan                                 xx
    (Cr) Hutang jaminan                                                            xx
    e.       Pengalihan hak milik jaminan (jaminan < piutang)
    (Dr) Piutang produsen                                                      xx
    (Dr) Hutang jaminan                                                         xx
    (Cr) Piutang salam                                                               xx
    f.       Pengalihan hak milik jaminan (jaminan > piutang)
    (Dr) Hutang jaminan                                                         xx
    (Cr) Hutang produsen                                                          xx
    (Cr) Piutang salam                                                               xx
  9.  Pengenaan denda kepada penjual mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja
    (Dr) Kas                                                                                  xx
    (Cr) Rekening Dana Kebajikan                                                  xx                                                 
  10. Pada saat Bank/ LKS menyerahkan barang kepada nasabah pembeli
    (Dr) Hutang salam                                                                  xx
    (Cr) Persediaan (barang pesanan)                                              xx
    (Cr) Rekening Dana Kebajiakan                                                xx
  11.  Bank/ LKS hanya mengirimkan sebagian barang pesanan
    (Dr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima)                xx
    (Cr) Persediaan (barang pesanan)                                              xx
  12. Pembeli membatalkan barang pesanan pesanan
    (Dr) Hutang salam                                                                  xx
    (Cr) Hutang kepada pembeli                                                      xx
  13. Pengenaan denda kepada pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja
    (Dr) Kas                                                                                  xx
    (Cr) Rekening Dana Kebajikan                                                  xx





Daftar Pustaka


Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
Moh. Rifai, Konsep Perbankan Syari’ah, Wicaksana, Semarang, 2002.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001.



[1] Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 132.
[2]  Moh Rifai, Konsep Perbankan Syari’ah, CV Wicaksana, Semarang 2002, hlm. 68-69.
[3] Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001,hlm. 108.
[4]Ibid., hlm. 110.
[5]Moh. Rifai, Op. Cit., hlm. 72.
[6]Ibid., hlm. 72.







Terima kasih atas kunjungannya

Jangan lupa untuk meninggalkan Komentar 

















Komentar

Posting Komentar